Modernis.co, Jakarta – Pengangguran adalah sebuah permasalahan yang tidak bisa kita hindari dari negara kita saat ini. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya lulusan perguruan tinggi yang tidak sepadan atau tidak berbanding lurus dengan pengangkatan ketenaga kerjaan.
Dilansir dari media CNBC Indonesia yang menjelaskan ungkapan dari Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers pada Senin, 6 November 2023, dimana beliau mengatakan bahwa “Tingkat Pengangguran Terbuka atau TPT pada Agustus 2023 terdapat 7,86 juta orang penggangguran atau setara tingkat pengangguran terbuka 5,32%”.
Selanjutnya, Amalia menjelaskan penduduk usia kerja mencapai 212,59 juta orang atau naik 3,17 juta orang. Akumulasi tersebut terdiri dari 147,71 juta orang yang merupakan angkatan kerja dan 64,88 juta orang yang bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencapai 139,85 juta orang dan selebihnya adalah pengangguran.
Dalam pandangan ekonomi Islam, pengangguran dianggap sebagai tantangan serius yang harus diatasi dengan memegang teguh nilai-nilai keadilan, keseimbangan, dan keberlanjutan. Prinsip-prinsip ekonomi Islam menegaskan pentingnya distribusi kekayaan yang merata dan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu, permasalahan pengangguran memerlukan pendekatan cara pandang yang menyeluruh yang mencakup berbagai aspek kehidupan ekonomi dan sosial.
Salah satu nilai penting dalam ekonomi Islam adalah keadilan sosial. Pengangguran dianggap sebagai penyimpangan dari keadilan, menghasilkan kesenjangan ekonomi dan sosial yang tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dalam rangka mengatasi hal ini, solusi yang diusulkan oleh para pemikir ekonomi Islam termasuk kebijakan redistribusi kekayaan dalam upaya untuk menyeimbangkan peluang ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan juga dianggap sebagai solusi untuk mengatasi pengangguran. Investasi dalam sektor-sektor yang memberikan peluang pekerjaan, terutama di bidang-bidang yang sesuai dengan prinsip ekonomi Islam, dapat menciptakan lapangan kerja baru dan memantik serta memancing perkembangan ekonomi lokal.
- baca juga: Masa Depan Ekonomi Islam
Selain itu, pendekatan yang bisa dipakai adalah Pemberdayaan ekonomi masyarakat. Hal ini bisa menjadi fokus utama dalam menangani pengangguran. Melalui pendekatan ini, penguatan keterampilan, pelatihan, dan dukungan bagi wirausaha lokal dianggap sebagai cara yang efektif untuk mengurangi ketergantungan pada sektor formal dan menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan.
Bisa juga melalui sistem keuangan syariah yang memegang peran penting dalam upaya mengatasi pengangguran. Dengan menekankan investasi produktif dan melarang praktik riba, sistem keuangan ini dianggap mampu memberikan akses modal bagi para pengusaha kecil dan menengah sekaligus memperluas peluang ekonomi bagi masyarakat.
Selain itu, prinsip solidaritas sosial dalam Islam juga menjadi dasar untuk program-program kesejahteraan yang dapat membantu dalam mengurangi dampak pengangguran pada masyarakat. Keberlanjutan program-program ini mencerminkan komitmen pada nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Selanjutnya Pendidikan dan pelatihan juga dianggap sebagai investasi strategis dalam mengatasi pengangguran. Meningkatkan kualifikasi tenaga kerja melalui sistem pendidikan yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dapat membuka peluang baru dalam dunia pekerjaan, sesuai dengan kebutuhan ekonomi yang berkembang.
Dalam menyikapi kompleksitas isu pengangguran dalam ekonomi Islam, penting bagi masyarakat dan pemimpin untuk menggali solusi-solusi yang berbasis nilai-nilai keagamaan dan kemanusiaan. Karena apabila pengangguran tidak diberantas maka akan banyak kesenjangan yang terjadi. Akan banyak tindakan kriminal yang melebar luar dikarenakan kebutuhan hidup yang tidak terpenuhi. Dan disatu sisi akan menghambat perkembangan ekonomi.
Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip Islam ke dalam kebijakan ekonomi, dapat diciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan ekonomi inklusif dan berkelanjutan, memastikan bahwa setiap individu memiliki kesempatan adil dan setara dalam membangun masa depan yang lebih baik.
Oleh : Andi Muhammad Alqadri, Mahasiswa Pascasarjana IAIN Palopo